NEWS.BUSURNABIRE.ID – Nabire: Wakil Gubernur(Wagub) Papua Tengah, Deinas Geley, S.Sos., M.Si., menyampaikan keprihatinan mendalam atas melonjaknya kasus HIV-AIDS di wilayahnya. Dalam pernyataan via pesan WhatsApp kepada awak media, Geley menekankan bahwa lebih dari 22.000 warga Papua Tengah telah terinfeksi HIV-AIDS, dengan ancaman serius bagi generasi muda dan masa depan Papua Tengah.
“Penyakit AIDS ini sudah menelan 22 ribu lebih warga Papua Tengah. Jika tidak diatasi dengan cepat dan serius, generasi muda kita bisa habis,” ujarnya.
Ia menyebut ancaman HIV-AIDS sebagai prioritas kesehatan nomor satu di Papua Tengah, melebihi penyakit lain seperti malaria atau TBC.

Wakil Gubernur meminta seluruh Kepala Dinas Kesehatan dari delapan kabupaten di Papua Tengah untuk mendata ulang jumlah kasus HIV-AIDS secara akurat dan berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dr. Agus. Ia menekankan pentingnya koordinasi lintas kabupaten dan fasilitas kesehatan, termasuk peran aktif direktur rumah sakit, petugas medis, dan tenaga kesehatan di lapangan.
“Data harus akurat. Setelah itu, sosialisasi harus digencarkan, bahkan sampai ke gereja-gereja, Mesjid, serta tempat Ibada lainnya” tegas Geley.
Salah satu langkah strategis yang disorot Wakil Gubernur adalah pemeriksaan darah massal bagi pelajar. Ia menargetkan siswa mulai dari kelas 1 SMA dan kelas 3 SMP untuk menjalani tes HIV secara rutin.
“Kepala dinas dan puskesmas harus siapkan program cek darah di sekolah. Kalau ada yang positif, langsung diberi pengobatan. Yang negatif, diberi edukasi agar tidak tertular,” tegasnya.
Langkah ini, menurut Geley, penting untuk memutus mata rantai penularan di kalangan remaja yang rentan terhadap perilaku seks bebas.
Wakil Gubernur Deinas Geley juga mengungkap rencana pembangunan rumah sakit khusus dengan ruang isolasi bagi anak-anak penderita HIV-AIDS. Menurutnya, anak-anak yang terinfeksi tidak seharusnya tinggal di rumah bersama keluarga, demi mencegah penyebaran yang lebih luas dan mempermudah pengawasan serta pengobatan.
“Kami siapkan ruang penampungan khusus. Dokter bisa kontrol lebih mudah, dan anak-anak ini bisa mendapat perhatian penuh,” katanya.
Geley mendorong sosialisasi HIV-AIDS masuk ke dalam kurikulum sekolah. Ia menyarankan agar Dinas Kesehatan Provinsi mengirim tenaga kesehatan ke sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi minimal 30 menit hingga satu jam.
“Anak-anak harus dikumpulkan. Direkturnya datang sosialisasi. Yang sudah kena, berobat massal. Yang belum, harus dijaga,” ungkapnya.
Dengan populasi Papua Tengah yang hanya sekitar 1,4 juta jiwa, kasus HIV-AIDS sebanyak 22.000 orang adalah angka yang sangat tinggi. Geley menyebutnya sebagai “pembunuhan terstruktur dan masif” jika tidak segera dihentikan.
“Kalau dibiarkan, generasi Papua Tengah bisa habis. Kita tidak lahir seperti ikan atau hewan, satu kelahiran manusia itu sangat berarti. Ini saatnya ambil langkah besar,” ujarnya penuh emosi.
Di akhir pernyataannya, Geley menekankan agar dr. Agus, sebagai Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah, segera mengundang seluruh kepala dinas kabupaten, direktur rumah sakit, dan mantri kesehatan untuk menyusun program komprehensif pencegahan HIV-AIDS.
“Prioritas nomor satu sekarang adalah penyakit tiga huruf ini. Bukan batuk, bukan malaria. Tapi HIV-AIDS,” tegasnya.
Wakil Gubernur mengingatkan bahwa data kasus bukan sekadar untuk konsumsi media, melainkan harus menjadi dasar tindakan cepat. Ia meminta agar daftar nama penderita dikelola dengan baik dan dijadikan pijakan untuk pelayanan kesehatan yang lebih terarah.