BeritaBudayaDaerahDuniaEventNasionalOlahragaPolriTNI

YAKOBUS ODIYAIPAI DUMUPA Bupati Dogiyai Surati Gubernur Papua/Ketua Umum PB PON Papua XX Di Jayapura Terkait Mahkota Burung Cenderawasih 

Share

Kepada Yth.
Gubernur Papua/Ketua Umum PB PON Papua XX
Di Jayapura

Bapak Gubernur Papua/Ketua Umum PB PON Papua XX yang kami hormati;

Mengawali surat terbuka ini, saya berdoa dan berharap semoga TUHAN senantiasa menyertai dan melindungi Bapak dalam hidup dan karya, sehingga dapat hidup sehat dan bahagia serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik dan sukses selalu. Semoga keluarga Bapak juga selalu dalam penyertaan dan perlindungan TUHAN.

Sebelum menyampaikan perasaan dan pikiran saya terkait penggunaan mahkota burung Cenderawasih dalam pelaksanaan PON XX Papua, saya perlu menyampaikan posisi saya dalam kesempatan ini agar tidak menimbulkan kesalapahaman. Saya menyampaikan perasaan dan pikiran saya dalam posisi sebagai pribadi, bukan dalam posisi sebagai pejabat negara atau Bupati Dogiyai. Saya hendak mewakili Orang Asli Papua, orang yang mendiami Tanah Papua dan pemilik burung Cenderawasih.

Bapak Gubernur Papua/Ketua Umum PB PON Papua XX yang kami hormati;

Beberapa minggu terakhir ini sejumlah orang di Tanah Papua, yang kebanyakan Orang Asli Papua, menyampaikan aspirasinya terkait rencana penggunaan mahkota burung Cenderawasih dalam pelaksanaan PON XX Papua nanti. Pada prinsipnya mereka memprotes dan tidak menyetujui jika mahkota burung Cenderawasih digunakan dalam pelaksanaan PON XX Papua nanti. Pada umumnya ada dua alasan mereka. Pertama, burung Cenderawasih merupakan satwa langka yang dilindungi. Kedua, burung Cenderawasih merupakan simbol kekhasan dan kohormatan Orang Asli Papua.

Orang Asli Papua secara adat pada umumnya mempunyai hubungan yang sangat intim dengan lingkungan alamnya. Hubungan intim itu salah satunya dengan burung Cenderawasih. Burung ini mempunyai simbol religi dan simbol kehormatan bagi Orang Asli Papua. Karena itu, sangatlah wajar jika Orang Asli Papua merasa khawatir dan sedih ketika burung ini mulai punah, sangatlah wajar jika Orang Asli Papua marah jika burung ini hendak dijadikan mahkota dalam pelaksanaan PON Papua XX nanti, dan karena itu sangatlah wajar jika Orang Asli Papua menyampaikan aspiranya mengenai ini.

Menurut wasiat leluhur kami, Orang Asli Papua, penggunaan mahkota burung Cenderawasih wajib perbedomaan pada ketentuan adat. Penggunaan mahkota burung Cenderawasih tidak dapat diobral sembarang, tidak bisa diberikan kepada siapapun tanpa memenuhi syarat tertentu sesuai dengan ketentuan adat. Ini bukan soal mudah, karena pemberian mahkota burung Cenderawasih berkaitan dengan “pemberian kehormatan” yang dimiliki oleh Orang Asli Papua kepada orang lain. Orang Asli Papua sendiri dilarang menggunakan mahkota burung Cenderawasih secara sembarang. Hanya para pemimpin dan orang tertentu dengan alasan tertentu sajalah bisa menggunakan mahkota burung Cenderawasih. Mahkota burung Cenderawasih juga hanya bisa digunakan pada kesempatan tertentu, tidak bisa digunakan pada berbagai kesempatan.

Bapak Gubernur Papua/Ketua Umum PB PON Papua XX yang kami hormati;

Burung Cenderawasih ini hanya bisa hidup dan berkembang biak di habitat aslinya. “Burung Surga” ini hanya hidup di Papua, Papua Nugini, pulau-pulau Selat Tores, dan Australia Timur. Dari waktu ke waktu burung ini sedang mengalami kepunahan karena kerusakan habitat dan perburuan liar. Sebagai orang yang mencintai dan menghormati burung Cenderawasih, kondisi ini membuat kami, Orang Asli Papua, khawatir dan sedih. Sebab kami membayangkan dalam waktu yang tidak terlalu lama burung ini akan musnah. Kami merasa berdosa karena tidak mampu melestarikan karya Tuhan yang indah ini. Sedangkan anak dan cucu kami akan menjadi orang-orang yang hanya bisa mengenang keindahan burung Cenderawasih dari foto, video, dan cerita saja.

Untuk mengobati kekhawatiran dan kesedihan kami, pemerintah telah menetapkan burung Cenderawasih sebagai salah satu satwa yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Bapak Gubernur melalui Surat Edaran Nomor 660.1/6501/SET tertanggal 5 Juni 2017 juga telah melarang penggunaan burung Cenderawasih sebagai aksesoris maupun cinderamata dalam setiap acara seremonial yang diadakan di Papua. Kami menyampaikan terimakasih kepada pemerintah dan Bapak Gubernur yang mempunyai niat baik untuk melindungi dan menyelamatkan burung Cenderawasih ini, sebab secara adat kami mempunyai beban dan tanggungjawab untuk selalu melindungi dan menyelamatkan burung Cenderawasih.

Bapak Gubernur Papua/Ketua Umum PB PON Papua XX yang kami hormati;

Pelaksanaan PON Papua XX ini merupakan ujian terhadap konsistensi pemerintah dan Bapak Gubernur dalam melindungi dan meletarikan burung Cenderawasih. Jika pemerintah telah menetapkan burung Cenderawasih sebagai salah satu satwa yang perlu dilindungi dan dilestarikan dan Bapak Gubernur telah melarang penggunaan burung Cenderawasih sebagai aksesoris maupun cinderamata dalam setiap acara seremonial yang diadakan di Papua, maka apakah pemerintah dan Bapak Gubernur akan melarang penggunaan mahkota burung Cenderawasih dalam pelaksanaan PON Papua XX nanti?

Sebagai orang yang ingin melindungi dan melestarikan burung Cenderawasih, kami mempercayai bahwa Bapak Gubernur masih konsisten dengan keputusan untuk melindungi dan melestarikan burung Cenderawasih. Kami mempercayai bahwa dalam waktu dekat, sebelum dilaksanakannya PON Papua XX, Bapak akan mengambil keputusan dan mengumumkan agar burung Cenderawasih TIDAK DIGUNAKAN sebagai mahkota dalam PON Papua XX. Kami percaya, Bapak sebagai Orang Asli Papua, yang mempunyai pengetahuan mengenai adat yang baik dan mempunyai niat yang tulus bagi Orang Asli Papua dan Tanah Papua, pasti paham mengenai “pentingnya burung Cenderawasih bagi kehidupan Orang Asli Papua”.

Bapak Gubernur Papua/Ketua Umum PB PON Papua XX yang kami hormati;

Bagaimana masa depan kita dan masa depan anak cucu kita ditentukan oleh bagaimana pikiran dan perbuatan kita sekarang. Jika kita punya pikiran yang positif dan perbuatan yang mulia sekarang, maka itu akan menyelamatkan masa depan kita dan anak cucu kita. Begitu pun bagaimana hidup kita di akhirat, ditentukan oleh bagaimana hidup kita sekarang. Hidup ini fanah dan kita adalah makluk fanah, maka tujuan akhir dan abadi kita adalah di akhirat. Hanya pikiran dan perbuatan baik kita sekaranglah yang akan mengantar kita pada “kehidupan bahagia” bersama TUHAN di akhirat.

TUHAN telah menitipkan “burung surga”-Nya di “tanah surga” Papua. TUHAN telah memperindah tanah ini dengan keindahan burung surga agar salah satunya melaluinya Ia dipermuliakan. Tetapi TUHAN juga memberi kita mandat dan tanggung jawab untuk melindungi dan melestarikannya dan Ia akan meminta pertanggungjawaban kita pada waktunya nanti. Karena itu, kita tidak punya pilihan lain kecuali secara bersama melindungi dan melestarikan burung Cenderawasih. Kita harus mewariskan burung Cenderawasih kepada anak cucu kita. Orang Asli Papua dan siapapun yang mendiami dan mengunjungi Tanah Papua harus menikmati keindahan burung ini hingga berakhirnya usia bumi. Biarlah burung Cenderawasih berakhir bersama dengan usia bumi.

Bapak Gubernur Papua/Ketua Umum PB PON Papua XX yang kami hormati;

Sebagai tuan rumah PON Papua XX, tentu tidak elok dan memalukan jika kita tidak menyediakan aksesoris maupun cinderamata bagi para tamu. Bagaimana pun juga, ini masalah kehormatan kita, kehormatan Papua. Kita harus melayani tamu dengan baik. Leluhur kita selalu mewasiatkan, “jangankan kawan, musuh pun kalau sudah masuk rumah jangan dibunuh, tetapi dikasihani dan dilayani dengan baik”. Karena itu, kita harus menyediakan aksesoris maupun cinderamata.

Kita harus menyediakan aksesoris maupun cinderamata yang bisa menggantikan burung Cenderawasih. Kami mengusulkan dua pilihan. Pertama, dibuat mahkota burung Cenderawasih imitasi, yang menyerupai burung Cenderawasih asli. Kedua, mahkota burung Cenderawasih diganti dengan kerajinan tangan khas Papua lainnya, misalnya noken (noken berbahan anggrek, serat kayu, benang, dan lainnya), kalung, dan kerajinan tangan lainnya. Di sisi lain, dengan cara ini akan memicu dan memacu kreatifitas bagi Orang Asli Papua, yang kemudian pelaksanaan PON Papua XX secara ekonomi berdampak positif bagi Orang Asli Papua.

Bapak Gubernur Papua/Ketua Umum PB PON Papua XX yang kami hormati;

Berbicara terus terang dan apa adanya adalah budaya kita. Baku marah untuk kebaikan adalah kebiasaan leluhur kita yang kita warisi. Karena itu, inilah perasaan dan pikiran kami, yang kami sampaikan secara terus terang dan apa adanya. Kami menyampaikan ini untuk kebaikan bersama kita, Orang Asli Papua maupun manusia semesta, yang hidup sekarang maupun anak cucu kita di masa depan.

Apakah Bapak Gubernur akan mendengarkan suara kami ini dan melaksanakannya atau justru menolaknya? Itu hak Bapak sebagai Gubernur Papua sekaligus Ketua Umum PB PON Papua XX. Yang penting kami sudah menyampaikannya. Apapun keputusan Bapak Gubernur, kami hanya mempunyai satu kerinduan: Biarlah burung Cenderawasih berakhir bersama dengan usia bumi!

TUHAN sayang Bapak Gubernur Papua!

Mowanemani, 5 September 2021

YAKOBUS ODIYAIPAI DUMUPA
(Orang Asli Papua, Suku Mee, Pecinta Burung Cenderawasih)

Loading

You may not copy the content of this page belonging to news.busurnabire.id