NEWS.BUSURNABIRE.ID – Nabire: Banyak umat Kristiani mungkin bertanya-tanya, mengapa Hari Raya Paskah tidak memiliki tanggal yang tetap seperti Natal. Jika Natal selalu dirayakan pada 25 Desember, Paskah justru berubah-ubah setiap tahun, bisa jatuh pada bulan Maret atau April. Fenomena ini tentu memiliki alasan historis dan teologis yang dalam.
Hari Raya Paskah merupakan peringatan kebangkitan Yesus Kristus dari kematian, dan menjadi inti iman Kristiani. Namun, perhitungan tanggal Paskah tidak mengacu pada kalender Masehi biasa, melainkan mengikuti perhitungan berdasarkan siklus bulan dalam kalender lunar, mirip dengan kalender Ibrani kuno yang digunakan bangsa Yahudi.

Secara resmi, Konsili Nicea pada tahun 325 menetapkan bahwa Hari Raya Paskah dirayakan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama yang jatuh setelah titik balik musim semi (equinox) di belahan bumi utara. Artinya, Paskah bisa jatuh antara tanggal 22 Maret hingga 25 April setiap tahunnya.
Sistem perhitungan ini diadopsi agar perayaan Paskah tetap berhubungan dengan perayaan Paskah Yahudi (Pesach), sebab dalam Injil dikisahkan bahwa penyaliban dan kebangkitan Yesus terjadi bersamaan dengan perayaan tersebut. Karena kalender Yahudi berbasis bulan, maka Paskah Kristen pun mengikuti logika perhitungan serupa, bukan berdasarkan tanggal tetap.
Selain itu, variasi perayaan Paskah juga terjadi karena perbedaan penggunaan kalender antara gereja Barat dan Timur. Gereja Katolik Roma dan sebagian besar gereja Protestan menggunakan kalender Gregorian, sedangkan Gereja Ortodoks Timur masih menggunakan kalender Julian, yang menyebabkan tanggal Paskah bisa berbeda antara kedua tradisi ini.
Meskipun tanggalnya berubah, makna Paskah tidak pernah berubah. Bagi umat Kristiani, Paskah merupakan puncak dari seluruh rangkaian Pekan Suci dan menjadi simbol kemenangan Yesus atas dosa dan kematian. Perayaan ini diawali dengan Tri Hari Suci: Kamis Putih, Jumat Agung, dan akhirnya puncaknya pada Minggu Paskah.
Perubahan tanggal Paskah juga berdampak pada penentuan hari-hari besar lainnya dalam kalender liturgi Gereja, seperti Rabu Abu (awal masa Prapaskah), Kenaikan Tuhan, dan Pentakosta. Karena semuanya dihitung mundur atau maju dari Paskah, maka seluruh kalender liturgi pun ikut menyesuaikan setiap tahun.
Dengan memahami dasar penetapan tanggal Paskah, umat diharapkan tidak bingung lagi dan bisa lebih menghayati perjalanan iman selama masa Prapaskah hingga Paskah. Meski tanggalnya berubah-ubah, semangat kebangkitan, kasih, dan pengharapan yang dibawa Paskah tetap sama sepanjang masa.
Sumber Referensi:
- Britannica.com – Easter: Christian Festival
- Vatican.va – Catechism of the Catholic Church
- USCCB.org – Calculation of Easter
- Catholic.com – Why Easter’s Date Changes Every Year
- Liturgical Calendar: General Norms (Vatikan, 1969)